BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mempelajari Judo kita harus betul-betul menguasai teknik dasar dan peraturan yang berlaku. Olahraga Judo mengenal dua kata macam bentuk latihan,yaitu: Kata dan Randori. Kata adalah suatu system latihan yang meliputi teknik-teknik berupa bantingan,kuncian,cekikan,patahan dan menyerang bagian-bagian tubuh yang berbahaya. Randori adalah latihan bebas mengenai semua yang diajarkan memalui latihan Kata yang dipraktekkan dalam bentuk menyerang dan bertahan.
Judo terdiri dari dua suku kata, yaitu JU dan DO. JU berarti halus atau lembut, sedangkan DO adalah cara atau jalan. Jadi arti kata Judo adalah “cara halus atau jalan yang lembut”, sedangkan jujitsu adalah “teknik yang halus”. Pembagian teknik Judo secara garis besar, teknik dalam olahraga beladiri Judo dibagi atas tiga bagian besar. Masing-masing bagian ini kemudian dipecah lagi dalam bagian-bagian yang lebih kecil. Ketiga bagian teknik utama tersebut yaitu:
1. Nange Waza ( teknik melempar), terdiri atas dua bagian: Tachi Waza, yaitu teknik melempar sambil berdiri. Sutemi Waza, yaitu teknik melempar sambil menjatuhkan diri.
2. Katame Waza (Teknik permainan bawah), terdiri atas 3 bagian: Osekomi Waza, yaitu teknik kuncian Shime Waza, teknik patahan sendi.
3. Atemi Waza (Teknik memukul atau menendang), terdiri 2 bagian: Ude Ate, yaitu menyerang dengan tangan Ashi Ate, yaitu menyerang kaki.
1.2 Identifikasi Masala
Bagaimana cara memperaktikan tehnik dasar-dasar Yudo.
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Memaparkan cara-cara yang benar dalam tehknik dasar Yudo.
2. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Yudo.
3. Menambah wawasan bagi penulis.
1.3 Batasan Masalah
Karena banyaknya permasalahan-permasalahan yang muncul, maka makalah ini hanya akan membahas tentang Tehknik Dasar Yudo.
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Teknik dasar Judo
Tujuan utama dari Judo adalah mengembangkan falsafah jiwa.Prof.Jigoro Kano yang menerangkan bahwa “seseorang yang bergabung dalam suatu kelompok bangsa harus bekerja sama secara damai demi tercapainya kesejahteraan masyarakat banyak. Untuk itu harus ada satu hubungan yang erat antara jiwa yang satu dengan yang lain dengan cara melakukan usaha yang terus-menerus.Untuk mencapai tujuan itu seseorang harus mengembangkan dirinya sendiri dulu agar bias bekerja sama dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama.Manfaat yang timbul bukan hanya bersifat ekonomis namun juga yang bersifat moriil”.
Tujuan kedua dari Judo adalah perkembangan fisik. Dalam teknik bantingan, cekikan, kuncian, patahan dan teknik-teknik baku faktor fisik sangatlah penting.Kita dapat meraih hasil yang terbaik melalui latihan tersebut.
Tujuan ketiga dari Judo adalah pembelaan diri.Melalui latihan-latihan Judo kita dapat menghindari kejadian-kejadian yang tidak kita inginkan.Dengan kata lain,olah raga Judo merupakan usaha menjaga diri dari bahaya yang akan menimpa kita.
Ikhtiar untuk mencapai ketiga tujuan tersebut yaitu perkembangan spiritual,kesegaran fisik dan pembelaan fisik yang dilakukan dengan penuh kesungguhan untuk mencapai tujuan yang baik tanpa melupakan bahwa kelembutan dapat mengatasi kekerasan adalah prinsip dasar olah raga Judo.
Teknik bantingan judo (nage waza) dapat dibagi menjadi teknik berdiri (tachi waza) dan teknik menjatuhkan diri (sutemi waza). Teknik berdiri dibagi lagi menjadi teknik tangan (te waza), teknik pangkal paha (koshi waza), dan teknik kaki (ashi waza). Teknik menjatuhkan diri dibagi lagi menjadi teknik menjatuhkan diri ke belakang (ma sutemi waza) dan teknik menjatuhkan diri ke samping (yoko sutemi waza).
Teknik kuncian judo (katame waza) dapat dibagi menjadi teknik menahan (osae waza atau osaekomi waza), teknik jepit (shime waza), dan teknik sambungan (kansetsu waza).
Teknik menyerang (atemi waza) dengan tendangan atau pukulan bahkan dengan senjata pisau atau pedang kadang digunakan untuk latihan bagi judoka tingkatan tinggi, walaupun dalam pertandingan resmi hal tersebut dilarang,demikian pula pada saat latihan bebas (randori).
A. Teknik bantingan (teknik berdiri)
o Sapuan lutut - hiza guruma
o Jegal dari belakang - o soto gari
o Jegal dari depan - 'ko uchi gari
o Sapuan samping - deashi barai
o Bantingan paha - uchi mata
o Bantingan pangkal paha memutar - o goshi
o Bantingan pangkal paha angkat - surikomi goshi
o Bantingan pangkal paha sapuan - harai goshi
o Lemparan bahu - seoi nage
o Menjatuhkan tubuh - tai otoshi
o Lemparan guling belakang - tomoe nage
B. Teknik kuncian (teknik berbaring)
Teknik kuncian (katame waza) disebut juga teknik berbaring (ne waza) karena teknik ini dilakukan ketika seorang judoka atau lawannya berbaring menghadap ke atas atau ke bawah.
o Kuncian pinggang - kesa gatame
o Kuncian bahu - kata gatame
o Kuncian empat sisi - yoko shiho gatame
o Kuncian empat sisi atas - kami shiho gatame
o Kuncian belakang - kataha jime
o Kuncian kalung - okuri eri jime
o Kuncian tangan - ude garami
o Kuncian tangan silang - ude hishigi juji gatame
C. UKEMI
Ukemi secara literal bermakna “menerima (bersama dengan seluruh tubuh)”. Ukemi adalah bagian dari olah gerak seorang “uke” atau penerima tehnik. Sebagaimana praktisi aikido belajar strategi
tentang bagaimana menghadapi dan melumpuhkan serangan, maka praktisi juga belajar cara mengantisipasi bila menerima tehnik aikido, belajar strategi untuk terjatuh.
tentang bagaimana menghadapi dan melumpuhkan serangan, maka praktisi juga belajar cara mengantisipasi bila menerima tehnik aikido, belajar strategi untuk terjatuh.
Tehnik ukemi terbagi menjadi 3 bagian besar: Mae Ukemi, Ushiro Ukemi dan Yoko Ukemi. Mae Ukemi adalah cara menyalurkan tubuh uke ketika menerima lemparan ke arah depan uke. Ushiro ukemi adalah cara menyalurkan tubuh uke ketika menerima tehnik aikido yang melemparnya ke belakang. Sedangkan yoko ukemi adalah cara menyalurkan tubuh menerima tehnik lemparan atau bantingan.
Ukemi menjadi salah ketrampilan dasar untuk memahami prinsip-prinsip berlatih aikido, sehingga semakin tinggi ketrampilan aikido seseorang, maka seharusnya semakin tinggi pula ketrampilannya dalam melakukan ukemi.
Dalam berlatih tehnik bebas atau jiyuwaza, seorang uke harus bisa dan siap untuk menerima tehnik apapun yang disalurkan kepadanya. Pada intinya, uke harus siap jatuh kapanpun, dan ia terhindar dari cidera.
Di dalam kehidupan nyata, ukemi sangat penting untuk mengajarkan bahwa orang harus bersiap untuk jatuh kapanpun, dan cepat bangun setelah jatuh. Banyak orang yang tidak siap jatuh di kehidupan nyata, sehingga ketika tertimpa masalah yang berat hingga terpuruk, mereka tiada sanggup untuk segera bangun dan membangun hidup baru.
Kita lihat di sekeliling, bagaimana masalah dikehidupan sehari-hari seperti masalah ekonomi, musibah bencana alam, ketika datang dalam sekejap saja mampu memporakporandakan segi-segi kehidupan. Sebagian orang mampu bertahan, sebagian yang lain jatuh stress.
Ukemi, lebih jauh, bukan hanya ketrampilan fisik yang perlu senantiasa diasah, namun juga mencakup aspek mental dalam menerima kejatuhan oleh karena suatu permasalahan berat.
1.2 Posisi jatuh dan berguling
Menguasai posisi ini memungkinkan untuk melindungi diri sendiri ketika dijatuhkan atau dibanting lawan dan mengurangi ketakutan ketika dilempar oleh lawan.
a. Jatuh ke belakang (ushiro ukemi).
Kaki disatukan dan tangan juga disatukan, jatuhkan punggung ke matras dengan tangan lurus di samping tubuh dan telapak tangan menyentuh lantai untuk menahan jatuh. Lindungi bagian belakang kepala dengan menyentuhkan dagu ke tubuh.
b. Jatuh ke samping (yoko ukemi).
Dari posisi berdiri, jatuhkan diri ke belakang, angkat kedua kaki satu persatu, kemudian angkat kedua tangan di depan tubuh. Berguling ke kanan (atau kiri) matras dengan kepala tetap dilindungi agar tidak menyentuh lantai. Kemudian tahan tubuh dengan tangan dan telapak tangan kanan (atau kiri).
c. Jatuh ke depan (mae ukemi).
Jatuhkan diri ke depan dengan kedua telapak tangan di depan muka, sikut ditekuk. Jatuh tertelungkup dengan ditahan oleh kedua tangan, badan diluruskan, otot perut dikencangkan, dan tahan tubuh dengan ditahan oleh kedua tangan dan jari kaki (lutut diangkat).
d. Berguling ke depan (mae mawari ukemi).
Berguna pada saat dilemparkan oleh lawan. Dari posisi berdiri, kaki kanan dimajukan telapak tangan kiri disentuhkan ke lantai. Bahu kanan kemudian dilemparkan ke depan dengan telapak tangan menghadap ke belakang, ini dilakukan bersamaan dengan kedua kaki menjejak lantai dan berguling ke depan. Kedua kaki dan tangan hendaknya menyentuh lantai secara bersamaan.
1.3 Teknik Dasar Pelanggaran
A. Teknik Terlarang
Teknik-teknik atau waza yang berbahaya tidak diijinkan penggunaannya. Total teknik terlarang berjumlah 31 (32 untuk perempuan). Judoka akan dikenai empat tingkatan sanksi, tergantung seberapa berat pelanggaran yang dilakukan. Untuk tiap-tiap jenis pelanggaran, pertandingan dihentikan sejenak dan kedua judoka kembali ke garis masing-masing.
· Pelanggaran ringan (shido) adalah peringatan untuk pelanggar peraturan yang tidak seberapa berbahaya. Judoka diberi peringatan awasete chui jika melakukannya untuk kedua kalinya. Pelanggaran ini memiliki nilai berkebalikan dengan satu koka. Beberapa tindakan yang akan mendapat peringatan:
1 Seorang judoka kehilangan semangat bertarung dan tidak menyerang selama lebih dari 30 detik
2 Melepas ikat pinggang lawan atau ikat pinggang sendiri tanpa izin dari juri
3 Melilit tangan lawan dengan ujung ikat pinggang (atau ujung baju)
4 Memelintir atau berpegang pada ujung lengan baju maupun celana lawan
5 Memasukkan bagian seragam lawan manapun ke dalam mulut (menggigit seragam lawan)
6 Menyentuh wajah lawan dengan bagian tangan atau kaki manapun
7 Menarik rambut lawan
8 Mengunci telapak tangan lawan dengan telapak tangan sendiri selama lebih dari 6 detik dalam posisi berdiri
· Pelanggaran kecil (chui) adalah peringatan untuk pelanggaran yang lebih berat dari pelanggaran ringan. Pelanggaran ini memiliki efek negatif sebesar yuko Beberapa contohnya sebagai berikut:
1 Memasukkan bagian kaki manapun ke seragam lawan, baik ikat pinggang maupun jaket, selama kuncian dilakukan lawan
2 Mencoba mematahkan jari lawan untuk melepaskan genggaman lawan
3 Menendang tangan lawan dengan kaki atau lutut untuk lepas dari cengkeraman lawan
· Pelanggaran berat (keikoku) adalah pelanggaran yang dapat dikenai sanksi dan teguran keras. Judoka yang melakukan pelanggaran ini akan dikurangi nilainya sebesar setengah angka. Dua pelanggaran kecil memungkinkan dikenainya sanksi yang sama. Contoh pelanggaran-pelanggaran berat:
1 Mengunci lengan lawan (kansetsu waza) di manapun selain di sikut
2 Menarik lawan yang tergeletak menengadah ke atas di lantai dan kemudian membantingnya kembali
3 Seorang judoka melakukan tindakan berbahaya apapun yang bertentangan dengan jiwa judo.
· Pelanggaran serius (hansoku make) adalah pelanggaran yang dapat membuat seorang judoka didiskualifikasi karena melakukan pelanggaran yang sangat berat sehingga membahayakan baik lawannya maupun orang lain. Empat kali peringatan (shido) juga dapat dikenai sanksi ini.
0 komentar™:
Post a Comment